Saya tidak paham dan tidak habis pikir dengan orang-orang yang senang sekali membawa nama agama ke ranah jokes. Saya suka bercanda dan membicarakan hal-hal yang sifatnya cair, hanya saja takarannya harus dibatasi. Ketika, Okay ini sudah SARA itu artinya saya harus STOP dan mengalihkan pembicaraan tersebut ke isu lain. Saya katakan, saya memiliki banyak sekali kawan dari berbagai Negara, ras, suku, pendidikan, Orientasi seks dan agama. mengenai friendship, saya "open" berkawan dengan siapapun. Hanya saja saya benar-benar perlu membatasi dan mengklasifikasikan dengan siapa saya berinteraksi pada 5 kategori.
- Kenalan : Hanya sekedar kenal atau bertemu 1-2x dalam suatu kesempatan
- Teman Biasa : Frekuensi bertemu lebih sering dari kenalan dan sudah cukup mengenal satu sama lain namun tidak mengenal secara mendalam
- Teman dekat : Mengenal ia/mereka lebih dalam dikarenakan frekuensi bertemu yang sering, kesamaan passion namun.. kadar untuk saling berbagi masih sulit. Masih adanya hal yang ditutupi, ego masing-masing masih tinggi dan "jarang ada" disaat diperlukan.
- Sahabat : Nah, ini yang sulit. Sahabat bukan hanya saling memahami satu sama lain, tapi juga mau berbagi dan "ada" ketika diperlukan serta menganggap partner nya seperti sibling sendiri.
- Partner Bisnis : Sifatnya formal, bisa teman kantor, project maupun bisnis. Namun, mereka bisa juga masuk kedalam salah satu 4 kategori di atas.
Tidak bermaksud berlebihan, hanya saja saya merasa semakin dewasa frekuensi waktu saya dengan keluarga semakin sedikit sehingga waktu saya lebih banyak di luar. Kalau-kalau saya salah memilih kawan, khawatir saya menjadi manusia yang bobrok. Konflik dan ketidakcocokan cukup sering terjadi karena uniquely manusia memiliki sifat yang beragam, sehingga dengan anggota keluarga sendiri pun perselisihan pasti ada. Hanya saja saya bukan tipikal orang yang senang menegur apalagi fight karena bagi saya hanya membuang waktu dan tenaga, lebih baik orang-orang seperti itu tidak usah didekati. Ya.. berhubungan sekedarnya saja lah..
Ada seorang kawan yang mengaku Agnostik dan kami bisa dibilang cukup dekat pada waktu itu. Hanya saja ada satu perkataan yang sangat membuat saya sakit hati :
Dia : "Lo habis shalat?"
Saya: "Ya, kenapa emang?"
Dia : "Oh, Cause I don't believe with this kind of Shit anymore"
Pada saat itu langkah saya gontai dan saya merasa agama saya dihina. Padahal secara KTP ia seorang muslim, hanya saja terlalu "luas" pergaulannya sehingga ia seperti itu. Sekarang, ia sering kali menjadikan ayat-ayat Islam sebagai jokes secara langsung maupun di jejaring sosial. Semenjak itu saya merasa, okay, dia bukan teman yang baik bagi saya karena saya merasa tidak cocok dengannya. Untuk itulah saya cuma sekedar "say hi then go". Masalah selesai, tidak memutus tali pertemanan namun juga tidak terlalu intens bergaul dengannya. Saya lebih senang berada dekat dengan orang-orang yang positif, Inspiring dan saling respect dengan orang lain. Semakin banyak orang yang dikenal, harus semakin selektif dalam mapping orang-orang yang dikenal tersebut.
("Memiliki kawan dari berbagai beackground"
Dari kiri ke kanan : Saya dari Indonesia - UK - Poland - Netherlands - China)
Dari kiri ke kanan : Saya dari Indonesia - UK - Poland - Netherlands - China)