My Ordinary Life!

Friday, June 14, 2013

Friendship & Interfaith Issues

Saya tidak paham dan tidak habis pikir dengan orang-orang yang senang sekali membawa nama agama ke ranah jokes. Saya suka bercanda dan membicarakan hal-hal yang sifatnya cair, hanya saja takarannya harus dibatasi. Ketika, Okay ini sudah SARA itu artinya saya harus STOP dan mengalihkan pembicaraan tersebut ke isu lain. Saya katakan, saya memiliki banyak sekali kawan dari berbagai Negara, ras, suku, pendidikan, Orientasi seks dan agama. mengenai friendship, saya "open" berkawan dengan siapapun. Hanya saja saya benar-benar perlu membatasi dan mengklasifikasikan dengan siapa saya berinteraksi pada 5 kategori. 

- Kenalan : Hanya sekedar kenal atau bertemu 1-2x dalam suatu kesempatan
- Teman Biasa : Frekuensi bertemu lebih sering dari kenalan dan sudah cukup mengenal satu sama lain namun tidak mengenal secara mendalam 
Teman dekat : Mengenal ia/mereka lebih dalam dikarenakan frekuensi bertemu yang sering, kesamaan passion namun.. kadar untuk saling berbagi masih sulit. Masih adanya hal yang ditutupi, ego masing-masing masih tinggi dan "jarang ada" disaat diperlukan.  
- Sahabat : Nah, ini yang sulit. Sahabat bukan hanya saling memahami satu sama lain, tapi juga mau berbagi dan "ada" ketika diperlukan serta menganggap partner nya seperti sibling sendiri. 
- Partner Bisnis : Sifatnya formal, bisa teman kantor, project maupun bisnis. Namun, mereka bisa juga masuk kedalam salah satu 4 kategori di atas. 

Tidak bermaksud berlebihan, hanya saja saya merasa semakin dewasa frekuensi waktu saya dengan keluarga semakin sedikit sehingga waktu saya lebih banyak di luar. Kalau-kalau saya salah memilih kawan, khawatir saya menjadi manusia yang bobrok. Konflik dan ketidakcocokan cukup sering terjadi karena uniquely manusia memiliki sifat yang beragam, sehingga dengan anggota keluarga sendiri pun perselisihan pasti ada. Hanya saja saya bukan tipikal orang yang senang menegur apalagi fight karena bagi saya hanya membuang waktu dan tenaga, lebih baik orang-orang seperti itu tidak usah didekati. Ya.. berhubungan sekedarnya saja lah.. 
Ada seorang kawan yang mengaku Agnostik dan kami bisa dibilang cukup dekat pada waktu itu. Hanya saja ada satu perkataan yang sangat membuat saya sakit hati : 

Dia : "Lo habis shalat?"
Saya: "Ya, kenapa emang?" 
Dia : "Oh, Cause I don't believe with this kind of Shit anymore"

Pada saat itu langkah saya gontai dan saya merasa agama saya dihina. Padahal secara KTP ia seorang muslim, hanya saja terlalu "luas" pergaulannya sehingga ia seperti itu. Sekarang, ia sering kali menjadikan ayat-ayat Islam sebagai jokes secara langsung maupun di jejaring sosial. Semenjak itu saya merasa, okay, dia bukan teman yang baik bagi saya karena saya merasa tidak cocok dengannya. Untuk itulah saya cuma sekedar "say hi then go". Masalah selesai, tidak memutus tali pertemanan namun juga tidak terlalu intens bergaul dengannya. Saya lebih senang berada dekat dengan orang-orang yang positif, Inspiring dan saling respect dengan orang lain. Semakin banyak orang yang dikenal, harus semakin selektif dalam mapping orang-orang yang dikenal tersebut.     

("Memiliki kawan dari berbagai beackground"
Dari kiri ke kanan : Saya dari Indonesia - UK - Poland - Netherlands - China)

Uang seperak dua perak


Masih muda, sehat dan gagah. Tapi kok gak malu ya mengganggu ketenangan orang yang entah sedang di bus kota atau makan di restoran dengan suara yang (maaf) sumbang? Kok gak malu minta-minta uang? Tidak bermaksud riya, Sebenarnya hingga saat ini saya cukup sering memberi sedekah terhadap pengemis yang memang menurut saya layak diberi seperti orang-orang yang cacat maupun lansia. Karena saya yakin dari sekian persen harta yang saya miliki merupakan hak orang lain dan memberikan uang seperak dua perak tidak akan membuat saya jatuh miskin. Namun hal yang saya benci adalah ketika saya melihat segerombolan anak muda yang rapih hingga berpenampilan urakan sekalipun mengamen dan sering kali memaksa maupun mengganggu keamanan publik (terutama bagi wanita). Sebenarnya yang mereka butuhkan adalah solusi, bukan uang seperak dua perak yang hanya dapat memecahkan persoalan perut mereka hari ini. Lalu, untuk esok hari mengemis lagi? Bagaimana untuk bulan besok, tahun besok hingga ajal menjemput terus begitu? Benar-benar menjengkelkan!
Mengutip kata MUI, bersedekah pada pengemis haram lho :MUI : Bersedekah ke pengemis itu haram dan sebenarnya PEMPROV DKI JAKARTA mengeluarkan PERDA mengenai bersedekah kepada pengemis
PERDA Larangan Memberi Sedekah kepada Pengemis
MALAS, itulah perilaku yang harus dibenahi. Bukan minimnya pendidikan, bukan persoalan kemiskinan tapi bagaimana mereka bisa berpikir untuk keluar dari zona tersebut.
Memangnya tidak malu dengan orang-orang ini?


Kekurangan tidak menyurutkan langkah mereka untuk BANGKIT. Saya yakin, setiap manusia memiliki talenta yang sudah diberikan oleh-NYA, bodohnya manusia itu sendiri yang sering kali mengeluh dan menyalahkan Tuhan nya dengan kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Sesungguhnya selain takdir Tuhan, manusia itu sendiri yang dapat mengubah nasibnya. KEMAUAN KERAS, THAT'S THE KEY.

Mind Notes


Mengemban tugas sebagai mahasiswa, karyawan sekaligus memegang project yang entah mau dibawa kemana ini benar-benar berat dan melelahkan kalau.. memang tidak dinikmati..
Saya berusaha untuk menghargai waktu melalui aktivitas yang akan saya lakukan, entah reminder tersebut berupa sticky notes yang ditempel di dinding kamar atau meja belajar, bisa juga download aplikasi "Notes" di handphone atau laptop. Jadi apa yang saya lakukan benar-benar bermanfaat setiap harinya. Terdengar sepele, tapi hal ini perlu. Karena tenaga, waktu, pikiran dan mood manusia limited sekali sehingga harus dilakukan secara bertahap agar hasilnya maksimal. Kebetulan belakangan ini Quiz dan tugas kuliah saya sedang banyak sekali menjelang UAS. Maklum, masih harus berjuang setahun lagi untuk merengkuh gelar Sarjana.
Karena saya senang memvisualisasikan sesuatu, sehingga saya perlu mencatat kegiatan-kegiatan kecil hingga massive sekalipun. Cuma permasalahannya, karena saya banyak keinginan sehingga sering kali saya keteteran dengan agenda sendiri. Segini saya belum berumah tangga lho, ditambah banyak waktu yang tersita sehingga saya jarang saya pulang dan menemui keluarga saya di rumah. Tapi saya pikir, segala sesuatu yang diambil ada resikonya artinya ada Opportunity cost atau waktu berharga lainnya yang harus dikorbankan. Senangnya belakangan ini saya jadi rajin berolahraga lagi, minimal 2x seminggu dan kualitas ibadah saya mulai membaik. Saya rasakan ibadah itu sama halnya seperti Yoga, menenangkan..
Waktu yang telah berputar tidak akan pernah kembali, untuk itu saya tidak ingin kehilangan hal-hal yang saya cintai dengan tidak menghargai waktu.

Waktu


Hari ini terasa cepat, terasa berat dan melelahkan.
Begitu pula dengan hari, bulan dan tahun selanjutnya..
Seolah berpacu dengan waktu yang terus memburu..
Seolah memikul beban berat di pundak..
Aku berlari mengejar hal yang tak pasti.. Mengejar impian ku yang sebesar gunung, seluas hamparan padang pasir..
Tidak semua hal berbanding lurus sesuai keinginan.. Terjal, pedih dan menyesakkan dada..
Teriakan orang akan kealfaanku membuatku takut.. takut setakut-takutnya.. hingga rasa takut itu membesar dan.. mengalahkan impian ku..
Ingin ku berlari.. ingin ku berenang di luasnya samudera dan tenggelam.. sehingga aku tidak ditemukan lagi.. sehingga aku dilupakan begitu saja..
Aku.. si pecundang..
Paradoks, aku merasa sendiri di tengah keramaian.. seolah orang tidak perduli dan mau tahu..
Apakah aku tidak mensyukuri akan nikmat kehidupan? yang kumiliki setiap hari, yang kulalui setiap detik..
Mengapa aku harus melihat ketakutan itu? Life is too short to be unhappy.
"Mengapa kamu selalu terlihat bersedih?" Tanya seorang kawan dari Mesir ketika kami bertemu di Thailand.
Sudah seharusnya aku sadar, bahwa banyak orang yang support dan memotivasiku.. Hanya saja, aku.. berfokus pada ketakutan yang kian hari kian memuncak dan waktu yang kian memburu...
Bagaikan pencarian dimana surga itu berada.. Aku punya tujuan, aku punya impian.. Impianku sudah terlihat.. Besar, kokoh dan indah.. Namun mampukah aku kesana? Rasanya jauh.. "At least, try first. We will never know, if we never try.."
Tak sabar rasanya untuk menanti.. menikmati surga impianku.. yang terlihat jauh itu..

Wednesday, August 1, 2012

CS Gathering 2012


Sekian lama sudah tidak posting cerita nih hehe.. Membuat Blog itu tidak sulit, tapi yang sulitnya minta ampun adalah maintenancenya! Terakhir blogging tahun 2010 ya? Banyak hal yang telah terlewati. ya.. naik turunnya kaleidoscope kehidupan telah mewarnai 1-2 tahun belakangan ini #hasik. Dari friendship, community, love, study, project, many things! Sejauh ini, gue bahagia banget dengan apa yang telah gue lalui & miliki. Semuanya memorable and valuable! Thank God! Terakhir gue mengikuti breakfasting together sama temen2 Couchsurfing. Menyenangkan banget bisa ketemu temen2 baru dan melewati waktu bersama! Bermula dari gathering sama temen2 UI pas hari jumat nya n nginep dirumah bessie di pasar minggu. Lalu, sabtu siangnua hunting2 baju sama old bessie dari SMP laluuu gathering lah gue di rumah Fiqy (CSer Jkt). Seru bangeut bangeutt bangeutt... Banyak makanan Banyak Kawan Banyak candaan pokonya hatiku senang!
Setelah itu, gw ama anak2 (ber-20an) karaoke di DIVA (sebelah Penvil) dan we had a good moment there! Luar biasa memang kekuatan musik itu! Mampu menyatukan manusia dari berbagai background! Triple FUN!
Setelah itu, kita terpisah jadi 2 grup. Yang 1 mau party dan 1 lg mau nongkrong2 biasa aja.. Sepertinya momennya kurang pas kalo party ditengah bulan ramadhan seperti ini. So gw decided untuk nongkrong aja di apartemen temen orang India di Kalibata. Kita nyanyi2 bareng, ngobrol dan ketawa2 till drop. Sahur bareng & nobar sampe ketiduran :) Seru banget! Kebaikan temen CS dari India juga mantap banget deh.. Padahal doi Chain Manager lho dan ada keturunan bangsawan di India.. Tapi luar biasa humblenya.. Mudah2an bisa ketemu lagi deh sama mereka!