My Ordinary Life!

Sunday, November 7, 2010

My report


Langit gelap dan udara dingin yang menusuk kulit membuatku enggan untuk keluar ruangan. Saat ini hal yang ingin kulakukan ialah bersantai-santai sambil minum teh panas atau di dalam ruangan yang terdapat heater. I hate this morning! Because I have to say Goodbye to everyone who I know in IOV! Dengan berat hati aku mengucapkan salam perpisahan kepada sahabat dari berbagai penjuru dunia. Kami berasal dari latar belakang, budaya, agama dan ras yang berbeda. Namun Kongres IOV-UNESCO lah yang menyatukan kami. Rasa haru membuatku teringat akan perjuanganku hingga bisa berada di China. Halangan utama yang sangat klasik adalah permasalahan uang untuk membayar tiket pesawat. Dengan modal tekat dan nekat aku memberanikan diri untuk mengajukan proposal ke kampus, Pemerintah daerah dan beberapa perusahaan di Jakarta. Sulit sekali rasanya waktu itu, karena harus di tolak beberapa kali oleh beberapa orang perusahaan. Belum lagi waktu yang berdekatan dengan waktu ujian tengah semester dan bencana yang kerap kali melanda China seperti badai dan banjir bandang. Dalam perjalanan pun, pesawatku 3 kali diterjang badai. Pertama di Manila, Kedua ketika pesawat akan landing melewati China selatan dan ketika di Malaysia. Badai terparah adalah ketika pesawat akan landing di China selatan. Pesawat berputar-putar mengikuti angin selama kurang lebih 40 menit lamanya. Gelas dan piring di dapur pesawat berjatuhan dan bangku pesawat bergetar. Pada saat itu yang bisa kulakukan hanya berpasrah diri kepada yang maha kuasa. Setelah melewati perjalanan yang menegangkan itu, But finally……
Welcome to China! Dengan dijemput panitia IOV (Steven Zhao, Liese Zhang & Andris), aku bergegas meninggalkan PVG Airport. Namun sebelumnya, aku berpose di bandara untuk memenuhi salah satu kontraprestasi terhadap sponsor: IPB, Indosat & PEMKOT Bogor.
Berfoto di Bandara Pudong, Shanghai

Setelah bermalam di Shanghai, kami, seluruh peserta IOV menuju lokasi Konferensi di Nanjing. Waktu perjalanan dari Shanghai ke Nanjing kurang lebih 4.5 jam dengan bus. Setelah kami melalui perjalanan yang lumayan melelahkan itu, kami check in di hotel 7 days di Nanjing.

DAY 2 & 3
Nanjing di pagi hari disibukkan oleh peserta IOV dari berbagai penjuru dunia yang memakai baju adat masing-masing negara. Ada yang dari Turkey, Spanyol, Afrika, China, Indonesia dan masih banyak lagi. Kami memperkenalkan budaya masing-masing dan saling bertukar cinderamata pagi itu. Saya menemukan satu keunikan pada baju adat yang dipakai teman saya yang berasal dari Kongo, Afrika. Baju adat yang dipakai olehnya persis seperti Batik Indonesia, namun setelah kuperhatikan batik yang dipakai memiliki corak yang berbeda. Lain halnya dengan batik tulis Indonesia, detail corak batik Afrika lebih ramai dan banyak objek, selain itu warna dasarnya lebih terang bukan cokelat seperti yang biasa digunakan batik Indonesia. Setelah kami berkenalan dan berfoto-foto di lapangan gedung kongres, kami disuguhi pertunjukan lokal dan internasional. Yang menarik perhatian saya adalah pertunjukkan “Lous Crabot de semisens” dari Perancis. Unik sekali! Empat pasangan menari dimana penari laki-laki menari dengan menggunakan enggrang setinggi dua meter lebih dibawah pasangan wanitanya. Sekalipun mereka sudah terlatih dan profesional, namun saya agak ngeri juga menontonnya karena khawatir ada penari  pria yang jatuh. Lumayan juga kalau jatuh..
          Hari pertama dan kedua kongres dipenuhi dengan pertunjukkan budaya dan presentasi dari delegasi masing-masing negara yang mendapat predikat essay terbaik. Dari Indonesia hanya dua orang yang melaksanakan presentasi, Andris dari Jakarta di hari pertama dan saya di hari kedua. Jujur, saya sendiri bingung mengapa saya termasuk menjadi salah satu pembicara pada waktu itu. Padahal essay peserta lain bagus-bagus dan menarik. Walau agak gugup, saya mencoba menunjukkan performa yang terbaik. Tidak lupa di awal slide presentasi, saya mencantumkan logo sponsor (IPB, Indosat & PEMKOT Bogor) sebagai wujud kontraprestasi. Senang sekali rasanya saya diberi kesempatan untuk memberikan aspirasi saya dalam forum Internasional seperti Kongres IOV dari UNESCO. It was totally awesome! J

Well, Overall kesimpulan saya untuk kongres 2 hari itu adalah :

“Youths are truly keys to a brighter global future.They believe that together, they are able to create better solutions in facing cultural challenges nowadays. Having Attended to International forum such as IOV 2010 was an opportunity to me to increase my experience and knowledge especially about culture. Through this program, I hope, we, as youth leaders can express our aspirations about cultural issues in our own country and dreams for a better future. Together, youths around the world were not only take action but also dicussed what it will take to break down cultural problem. By doing so, we learnt how to work together to make a difference and the importance of collaboration when it comes to solving the world’s greatest problems. Based on the motto of this year’s congress: “We are the youth of today – looking back and moving forward.” I do believe, we have the power to serve as ‘agents of change’, are able to influence our community as well as speak with authority, confidence and passion.
So, What the role of youth in order to
preserve the cultural heritage of Indonesia?
1. Youth must internalize the values of the existing culture. Youth do not just know, but understand, appreciate, and support, which in turn, indirectly youth spearheading the preservation of existing cultures. because culture is not simply a subject, but a life.
2. youth as the driving culture in the present and future not only as a cultural connoisseur, but could be the vanguard of culture, such as participating in cultural events in order to preserve the cultural inheritance of Indonesia in the international scope such as IOV. Youth could be introducing Indonesian culture through presentations or discussion groups, wearing traditional clothes of Indonesia in the forum, bringing Indonesian special souvenir or even performing a traditional dance at the forum if there is a chance.

As the next generation, we are not afraid to challenge either accepted ways of thinking or our convictions. We are forward-looking; We take our ideas and put them into practice. We accept difference, are flexible, are able to take on new ideas and skills and will communicate them to others. I do believe in quote ‘like a drop that falls in the water, no matter how small is the drop, still it creates a long-range wave’. It means that even the small thing could bring a great impact if it falls in the right medium (there will be no long-range wave if a drop falls in land). So I think IOV 2010 is a right medium for youth to create and offer new, original and better solutions to the cultural challenges facing the world today. I hope we, as youth can continue IOV 2010 work in our  country. I also hope it would be a sustainable work.”

Add caption

















                                                               Peserta IOV dari Turkey, Azerbaijan, Afrika, Indonesia & Swedia dengan menggunakan baju adat masing-masing negara




 
Presentasi mengenai “The role of youth to preserve Cultural heritage e.g Indonesia”

DAY 4
Suara ambulans yang berdengung memecah kemeriahan suasana pesta, Orang-orang yang berlalu lalang dengan penuh kepanikan dan haru, teriakan panitia di telepon, jantung yang berdegup kencang karena shock dan segala suasana buruk yang seharusnya tidak terjadi malam ini justru melengkapi malam penutupan the 2nd IOV Congress. Sepuluh menit yang lalu tepat sebelum Closing ceremony IOV UNESCO 2010 Grup “Lous Crabot de semisens” dari Perancis akan perform untuk yang kedua kalinya. Sebelumnya ruangan seminar hotel berpanggung ala kadarnya itu, dimeriahi oleh hiburan lokal dan internasional seperti Opera Cina, Pertunjukan musik Mongolia, Tarian Azerbaijan, Bosnia & Herzegovina dan lain lain. Malah, acara pada pagi hari diisi dengan exhibition tradisional China. Saya sempat kaget ketika setelah orang-orang Mongolia perform, orang-orang perancis itu akan mengisi acara penutupan IOV. Dengan rasa khawatir, saya tetap menyalakan handycam saya untuk mengabadikan momen. Namun sayangnya waktu itu handycam saya mati total karena lowbatt. Dengan asyik, saya duduk paling depan menikmati pertunjukkan seni pedalaman Perancis itu. Musik yang asyik dan gerakan tari yang lihai membuatku enggan beranjak dari ‘Comfort Zone’ ku waktu itu. Sesekali gerakan tari dimana penari pria melangkahi tubuh penari wanita dengan enggrang membuatku menutup mata karena ngeri. Ketika gerakan tari semakin cepat dan “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrghhhhh”, teriak salah seorang penari pria yang jatuh tersungkur keluar panggung. Kepalanya terbentur colokan jack untuk speaker sedangkan kakinya.. Malang sekali, Tulang kering kakinya patah dan bengkok menembus kulit hingga keluar, sikut dan dengkulnya hancur. Kejadian itu memang tidak saya rekam dalam handycam, tapi terus terekam di dalam benak saya sebagai kejadian tragis yang pernah saya lalui. Saya melihat semuanya dengan jelas dan itu membuat saya shock sejadi-jadinya. Beruntung, saya memiliki sahabat-sahabat yang baik yang menghibur saya pada waktu itu. Saya jadi flash back, teringat dimana orang-orang Perancis itu mengajak saya untuk ke Night Club dekat hotel malam sebelumnya. Beruntung sekali saya tidak ikut dengan mereka pada waktu itu. Faktor kecelakaan bukan hanya karena panggung dan ruangan yang sempit, kemungkinan besar mereka yang tetap ‘kekeuh’ untuk tampil dengan tubuh yang lelah. Well, setiap pengalaman merupakan pelajaran, walau pengalaman buruk sekalipun. Penutupan Kongres IOV ditutup dengan rasa haru dan duka yang mendalam.













  


 


LAST DAY
Setelah kami melewati kejadian tragis semalam, akhirnya acara kongres dapat ditutup dengan baik di Replika Great Wall di Nanjing. Setelah itu kami berkunjung ke museum Nanjing Massacre. Sayangnya saya tidak diizinkan untuk mengambil foto di museum tersebut. Setelah berwisata, saya menyempatkan diri untuk berpose dengan Polo shirt sebagai wujud kontraprestasi saya terhadap IPB, Indosat & PEMKOT Bogor sebagai sponsor saya.   








No comments:

Post a Comment