My Ordinary Life!

Tuesday, June 25, 2013

My worth long weekend

Sudah hampir seminggu saya mengakhiri aktivitas perkuliahan saya dan saya telah melewati long weekend yang amat berharga. Hari kamis sore lalu saya sudah mulai libur dan untuk itulah saya manfaatkan waktu free yang saya miliki dengan beristirahat. Hal itu telah saya lakukan hingga hari jumat, cukup membuang waktu namun hal tersebut membuat saya lebih fresh dan saya bisa mapping apa saja yang perlu saya lakukan. Pada hari jumat sore saya bertemu dengan sahabat saya yang sama-sama kuliah di IPB dulu bernama Leo. Kami bertemu di City Walk Sudirman dan membicarakan mengenai sharing pekerjaan dan konsultasi mengenai project saya yang "entah mau dibawa kemana itu". Selain itu, kami membicarakan SOP Pekerjaan yang akan saya lakukan pada bulan oktober nanti dalam project yang Leo handle di consulting firm dimana tempat Leo bekerja. Saya sangat excited, karena saya dipercaya sahabat saya untuk melakukan pekerjaan yang sifatnya professional work dan bekerja di perusahaan tempat Leo bekerja merupakan salah satu dreams saya. Untuk itulah, semangat saya sangat terpacu dalam handle pekerjaan yang sifatnya lebih serious dan professional tersebut.

Pada hari sabtu saya bertemu dengan kawan-kawan VO Team UNFPA di Kemang Village hanya sekedar untuk chit chat dan hang out pada ulang tahun Jakarta tersebut hingga malam. Disana kami membicarakan hal-hal terkait perencanaan masa depan seperti future career maupun pendidikan Master. Disanalah saya merasa perlunya "keluar" dan bertemu sekedar sharing dengan kawan-kawan yang juga berjuang di ranah yang sama untuk mengembalikan semangat saya yang mulai "literally stuck" dalam mengisi essay atau form Master. Selain itu, kami juga bisa saling tukar informasi mengenai hal-hal yang kami tidak ketahui sebelumnya. Setelah pertemuan itu, sayangnya saya melewatkan pertemuan dengan salah satu sahabat saya di FX karena saya mulai lelah dan khawatir jalanan macet parah di ruas jalanan yang tidak ditutup seperti Slipi, Gatsu, dan sekitarnya jika saya pulang makin larut. Selain itu, saya agak enggan bertemu dengan sahabat saya yang ini karena saya tidak tahu apa yang harus dilakukan selain membicarakan hal-hal yang sudah-sudah tanpa "act & progress" yang berarti.

Keesokan harinya, saya bangun siang sekali karena saya begadang di malam minggu dan saya menghadiri pertemuan organisasi Rotaract yang belakangan ini saya mulai aktif kembali di dalamnya setelah tahun 2010 vakum. Saya senang sekali karena saya dipercaya untuk menjadi Project Manager acara "Pesta Rakyat DKI Jakarta" bersama Jokowi, ini merupakan acara yang besar dan memerlukan tanggung jawab yang tinggi. Selain itu, saya juga perlu memikirkan untuk persiapan keberangkatan ke Taiwan september ini, untuk itulah pertemuan saya dengan organisasi menyebabkan passion saya di ranah sosial, comdev dan event making terpacu kembali. Karena acara tersebut di daerah Pasar Minggu dan kebetulan saya ada janji dengan seorang sahabat saya yang lain yang sama-sama kuliah di IPB dulu bernama Pipit. Maka saya datang mengunjungi rumahnya dan kami melepas kangen dan bertukar cerita mengenai pengalaman masing-masing selama kurang lebih setahun belakangan ini kami tidak bertemu (pasca wisuda tepatnya). Namun sayangnya, saya melihat Pipit banyak membuang waktunya di rumah dan tidak melakukan progress yang berarti untuk waktunya sendiri. Namun, baik atau buruknya pengalaman seseorang tetap saya jadikan contoh dan acuan untuk self development saya.

Pada hari senin, masih di Pasar Minggu. Saya mendatangi rumah step sister saya yang berdekatan dari rumah Pipit. Ya.. sudah hampir 10 tahun lamanya lah saya tidak kesana dan cukup memberikan kenangan masa anak-anak saya dulu. Kami saling brain storming dan bercerita akan update hidup. Selama kurang lebih 10 tahun abang Ipar saya bekerja sebagai guru sekaligus trainer di bidang IT dan tidak pernah "menyentuh" sama sekali di bidang corporate. Sedangkan kakak saya kelihatannya sibuk sekali dengan online business di bidang home industry dimana ia menjadi agent menjual tas, dompet, sepatu, dll khususnya untuk wanita. Disitu saya dapat berita cukup mengejutkan bahwa bang Andri (nama abang ipar saya) ingin melanjutkan cita-citanya yang sempat terpendam yaitu hijrah ke Australia. Mengapa baru terpikir sekarang? Karena kurikulum IT akan dihapus mulai tahun ini, itu artinya "threat" terbesar dalam hidupnya. Kebetulan keluarga abang ipar saya tinggal di Sydney. Ya.. kami sharing dan saya mulai ditawari untuk sekolah dan mungkin bekerja disana (tentunya bukan working holiday yang bekerja di ladang atau pertanian Adelaide). Melalui brain storming saya dengan kakak ipar saya, membuat passion saya di bidang mencari nafkah dan pundi-pundi Dollar meningkat hehehe.

Intinya, saya amat bersyukur memiliki kesempatan dipertemukan orang-orang yang bisa jadi merupakan awal dari kesuksesan saya di chapter kehidupan berikutnya.  

No comments:

Post a Comment